Tjong A Fie merupakan sejarah yang tak bisa dipisahkan dari Kota Medan. Tokoh multikulturisme yang banyak berjasa membangun Medan. Tjong A Fie dilahirkan di Provinsi Guandong, Kabupaten Maizen, di Desa Sukaou, Tiongkok, pada 1860 lalu. Dia datang ke Medan dari Meixian, Guandong, pada 1875. Rumah Tjong A Fie merupakan gedung bergaya Tiongkok kuno yang dibangun pada tahun 1900, lokasinya terletak dijalan Ahmad Yani (Kesawan). Dia adalah jutawan pertama di Sumatera yang namanya sangat terkenal sampai sekarang walaupun ia sudah wafat pada tahun 1921. Kesuksesannya berkat usaha dan hubungan baiknya dengan Sultan Deli dan para pembesar perkebunan tembakau Belanda.
Salah satu bangunan peninggalan era kolonial dan suksesnya usaha perkebunan di Medan ialah Gedung Juliana(Juliana gebouw) atau yang sekarang ini lebih dikenal dengan Gedung Lonsum (PT. London Sumatra Tbk). Gedung Lonsum selesai dibangun pada tahun 1909, bersamaan dengan lahirnya ratu Juliana(Dutch Royal family) dan pemiliknya ialah perusahaan perkebunan karet British “Harrisons & Crosfield” company. Harrisons & Crosfield(H&C) didirikan oleh Daniel Harrison, Smith Harrison and Joseph Crosfield pada tahun 1844 di Liverpool dan bergelut di bidang importir teh dan kopi.
Stasiun Kereta Api Medan ini disebut juga dengan Stasiun Kereta Api Besar Medan. Awalnya Stasiun ini dibangun dan dimiliki oleh Perusahaan Kereta Api Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) yang berdiri pada tahun 1885. Jaringan kereta api pertama di Sumatera Utara, dimulai tahun 1883 menghubungkan Medan – Labuhan sepanjang 17 kilometer.
Titi Gantung ini dibangun menyusul dibukanya perusahaan kereta api Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) pada tahun 1885. Berlokasi di Stasiun besar kereta api Medan, Titi Gantung memiliki nilai sejarah, arsitekturnya yang khas dan unik. Titi Gantung pada awalnya diperuntukkan sebagai jalan lintas dan penyeberang jalan kaki, calon penumpang kereta api, mau pun pengunjung dan penonton berbagai kegiatan, antaranya “pasar malam” di Lapangan Merdeka. Semasa penjajahan Belanda, Lapangan Merdeka bernama Esplanade dan pada waktu pendudukan Jepang bernama Fukuraido.
Kantor Pos & Giro ini letaknya di Jalan Balai Kota Medan tepatnya menghadap ke Lapangan Merdeka Medan (dulunya disebut esplanade) yang merupakan bangunan sejarah peninggalan zaman kolonial Belanda. Lokasi ini juga disebut sebagai "Titik Nol" Kota Medan. Yang artinya dari sinilah diukur jarak kilometer Pusat kota Medan ke seluruh lokasi Kota Medan dan Kota lain disekitarnya. Bangunan ini dibangun pada tahun 1909-1911 oleh seorang arsitek bernama Snuyf yang dulu merupakan Direktur Jawatan Pekerjaan Umum Belanda untuk Indonesia pada masa Pemerintahan Belanda. Bangunan ini memiliki nilai sejarah, nilai estetis, nilai sosial, nilai fungsional, dan juga nilai struktural yang tinggi. Itu sebabnya bangunan ini termasuk bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kota Medan dalam bentuk PERDA.
Menara Air Tirtanadi merupakan salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara. Menara air ini dulunya milik pemerintahan kolonial Belanda yang bernama NV. Water Leiding Maatschappij Ajer Beresih yang berdiri pada tahun 1905. Menara Air ini selesai dibangun pada tahun 1908 dan sekarang sudah menjadi milik PDAM Tirtanadi. Fungsinya untuk mensuplai kebutuhan air bersih para penduduk yang sampai sekarang masih tetap digunakan. Selain itu, Menara Air ini dulunya berfungsi juga sebagai Landmark kota Medan.
Mesjid Al -Mashun Medan yang terletak di jantung kota tepatnya di Jalan Sisingamangaraja, meski usianya hampir 100 tahun atau seabad (1906 – 2000), namun bangunan dan berbagai ornamennya masih tetap utuh dan kokoh. Peninggalan kerajaan Islam Melayu Deli hingga kini masih menjadi kebanggaan umat Islam Medan dan Sumut. Masjid ini dirancang dengan perpaduan gaya arsitektur Timur Tengah, India dan Eropa abad 18.
Taman Sri Deli terletak di seberang Mesjid Raya Al Mashun, tak jauh dari Istana Maimun. Orang menyebutnya Taman Sri Deli atau Kolam Sri Deli, yang konon menjadi tempat pemandian putri Sultan Deli. Putri-putri itu berjalan melalui terowongan bawah tanah. Ada terowongan yang menghubungkan Istana Maimun, Kolam Sri Deli, dan Masjid Raya. kolam tersebut dibangun pada masa kesultanan Deli IX, Sultan Mahmud Al Rasyid Perkasa Alam, kira-kira tahun 1910. Kolam itu merupakan fasilitas komplek istana anak-anak Sultan.
Gereja Immanuel merupakan Gereja tertua di Medan. Lokasinya di Jln. Diponegoro yang dibangun pada tahun 1921.
Gereja Katolik Santa Maria Tak Bernoda Asal yg disebut juga Gereja Kathedral. Gereja ini berlokasi di Jln. Pemuda dibangun pada tahun 1929.
Kuil Shri Mariamman adalah kuil Hindu tertua di Kota Medan, Indonesia. Kuil ini dibangun pada tahun 1884 (ada pula yang menyebut 1881) untuk memuja dewi Kali. Kuil ini terletak di kawasan yang dikenal sebagai Kampung Keling (sekarang Kampung Madras) di jalan H. Zainul Ariifn. Kuil yang menstanakan lima dewa, masing-masing Dewa Siwa, Wisnu, Ganesha, Dewi Durga (Kali), dan Dewi Aman itu dikelola salah seorang keluarga pemilik perusahaan besar Texmaco, Lila Marimutu. Pintu gerbangnya dihiasi sebuah gopuram, yaitu menara bertingkat yang biasanya dapat ditemukan di pintu gerbang kuil-kuil Hindu dari India Selatan atau semacam gapura. Kuil Shri Mariamman ini juga digunakan untuk ritual lainnya dalam Agama Hindu seperti Perayaan Depavali, Perayaan Panen Padi dan sebagainnya.
Vihara Gunung Timur adalah kelenteng Tionghoa (Taoisme) yang terbesar dan tertua di Kota Medan, Indonesia dan mungkin juga di pulau Sumatra. Kelenteng ini dibangun pada tahun 1930-an. Vihara Gunung Timur ini terletak di Jalan Hang Tuah, sekitar 500 meter dari Kuil Sri Mariamman dan berada di sisi Sungai Babura Medan. Umumnya umat Budha bersembahyang ke vihara ini setiap hari. Vihara ini juga untuk acara ritual lainnya dalam Agama Budha seperti memperingati hari Ulang Tahun SIDHARTA GAUTAMA, Perayaan Imlek dan sebagainya
Museum ini dibuka pada tahun 1971. Museum ini adalah merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi dan menyimpan benda-benda sejarah perjuangan ABRI dan Rakyat di Sumatera Utara pada Perang Kemerdekaan Indonesia melawan pemberontakan pada tahun 1958. Mengunjungi Museum ini dapat membayangkan kehebatan Perjuangan Pahlawan dimasa lalu.
Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara diresmikan tanggal 19 april 1982 oleh menteri Pendidikan dan Kebudayaan DR Daoed Yosoef, namun peletakan koleksi pertama dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno tahun 1954 yang berupa Mekara, oleh karena itu museum ini terkenal dengan nama Gedung Arca. Museum ini merupakan Museum terbesar di Sumatera Utara yang memiliki koleksi berbagai peninggalan Sejarah Budaya Bangsa, Hasil Seni dan Kerajinan dari berbagai Suku di Sumatera Utara.