Senin, 19 Juli 2010

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK UNTUK ANAK SLTP KELAS I

1. PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup perubahan yang makin sempurna tentang sistem jaringan saraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses perubahan dan proses kematangan fisik. Jadi istilah pertumbuhan dimaksudkan pertumbuhan dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi-fungsi biologis.
Bijou dan Baer (1961) mengemukakan perkembangan psikologis adalah perubahan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungan. Rumusan lain tentang arti perkembangan dikemukakan oleh Libert, Paulus dan Strauss (Singgih, 1990:31), yaitu bahwa “Perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan”. Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak. Perkembangan dapat juga dilukiskan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan dan belajar (Monks, 1984:2).

2. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA SMP
• Pengertian Dan Ruang Lingkup Anak Usia SMP
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang berarti “ tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Secara umum remaja dapat didefenisikan sebagai suatu tahap perkembangan pada individu, dimana remaja mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama. Remaja juga merupakan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan juga, bahwa remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa. Untuk memudahkan identifikasi, biasanya masa remaja dibatasi oleh waktu tertentu.
WHO membagi 2 tahap usia remaja yaitu :
a. Remaja Awal : 10 – 14 tahun
b. Remaja Akhir : 15 – 20 tahun.
Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal. Pada umumnya ketika usia SMP adalah masa remaja awal setelah mereka melalui masa-masa pendidikan Sekolah Dasar (SD). Remaja awal ini berkisar antara 10-14 tahun. Masa remaja atau masa puber adalah periode unik dan khusus yang ditandai dengan perubahan-perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan.
Pada usia ini peserta didik memasuki masa remaja, periode formal operasional yang dalam perkembangan cara berpikir mulai meningkat ke taraf lebih tinggi, absrak dan rumit. Kemampuan mengolah informasi dari lingkungan sudah semakin berkembang.
Karakteristik perkembangan fisik dan motorik fase usia anak SLTP adalah :
- Sejalan dengan perkembangan fisik yang semakin matang, perkembangan motorik anak dapat terkoordinasi dengan baik.
- Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan dan minatnya.
- Kelebihan gerak/aktivitas motorik yang lincah adalah masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik seperti menulis, menggambar, mengetik, berenang, main bola dan atletik.

• Ciri-Ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis.. ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
a. Ciri Fisik/Biologis
- Pertumbuhan fisik yang sangat pesat
- Perkembangan seksualitas remaja ditandai dengan 2 ciri yaitu :
- Ciri-ciri seks primer :
 Pada remaja pria, pertumbuhan testis yang cepat pada tahun pertama dan kedua, kemudian lebih lambat dan mencapai ukuran matangnya pada usia 20-21 tahun.
 Pada remaja wanita : kematangan organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium secara cepat.
- Ciri-ciri seks sekunder :
 Pada remaja pria, mulai tumbuh rambut pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak, mulai terjadi perubahan pada suara, mulai tumbuh kumis dan mulai tumbuh jakun.
 Pada remaja wanita, mulai tumbuh rambut pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak, mulai bertambah besarnya payudara, dan mulai bertambah besarnya pinggul.

b. Ciri Psikologis
Secara umum, dari sisi psikologis seseorang remaja memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
1. Kegelisahan
Remaja mempunyai banyak idealism angan-angan dan keinginan yang hendak diwujudkan di maa depan. Akan tetapi sesungguhnya remaja belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Tarik menarik antara angan yang tinggi dengan kemampuan yang belm memadai mengakibatkan mereka diliputi perasaan gelisah.
2. Pertentangan
Pertentangan pendapat remaja dengan lingkungan khususnya orang tua mengakibatkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain

3. Mengkhayal
Keinginan menjelajah dan berpetualang tidak semuanya tersalurkan. Biasanya terhambat dari segi biaya, oleh karena itu mereka lalu mengkhayal mencari kepuasan. Khayalan ini tidak selamanya bersifat negative, justru kadang menjadi sesuatu yang konstruktif. Misalnya muncul sebuah ide cemerlang.
4. Aktivitas Kelompok
Berbagai macam keinginan remaja dapat tersalurkan setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.
5. Keinginan mencoba segala sesuatu
Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka lalu menjelajah segala sesuatu yang belum pernah dialaminya.

Ciri-ciri penting pada masa remaja awal atau anak-anak SMP adalah sebagai berikut ;
a. Pada masa ini terjadi kematangan alat-alat seksual
Dengan tumbuh dan kembangnya fungsi-fungsi organ maka ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang seperti tumbuhnya rambut pubis dan timbulnya jakun pada anak laki-laki. Sedangkan pada anak perempuan mulai memasuki masa menstruasi dan mulai timbulnya buah dada. Dengan adanya kedewasaan biologis ini, remaja memiliki kemampuan biologis yang sama dengan orang-orang dewasa lainnya dalam hal reproduksi.
b. Masa remaja awal merupakan periode yang singkat
Dibandingkan dengan banyaknya perubahan yang terjadi dalam perkembangan manusia maka masa puber merupakan periode yang paling singkat, yaitu sekitar dua sampai empat tahun pada usianya.
c. Masa remaja awal merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat
Perubahan-perubahan yang pesat ini akan menimbulkan dampak pada anak. Misalnya timbul keraguan, perasaaan tidak mampu dan tidak aman dalam beberapa hal memungkinkan timbulnya perilaku negatif.
d. Masa remaja awal merupakan masa negatif
Pada masa ini anak cenderung mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau kehilangan sifat-sifat baiknya yang pada masa sebelumnya sudah berkembang. Kondisi ini merupakan suatu yang wajar.

• Perkembangan anak usia SMP
Tugas-tugas perkembangan peserta didik SLTP pada dasarnya adalah sebagai berikut :
1. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri.
3. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria dan wanita.
4. Mengarahkan diri pada peranan sosial sebagai pria atau wanita.
5. Memantapkan cara-cara bertingkah laku yang dapat diterima lingkungan
sosialnya.
6. Mengenal kemampuan, bakat, minat serta arah perkembangan karir.
7. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk melanjutkan pelajaran dan atau berperan serta dalam kehidupan masyarakat.
8. Mengenal gambaran dan mengembangan sikap tentang kehidupan mandiri, baik secara emosional maupun sosial ekonomis.
9. Mengenal seperangkat sistem etika dan nilai-nilai untuk pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan sebagai makhluk Tuhan.

Pemahaman terhadap peserta didik diperlukan dalam rangka membantu peserta didik menjalani tugas-tugas perkembangan tersebut secara optimal, sehingga peserta didik memiliki kecakapan hidup dan mampu menjalani realita dalam kehidupannya sesuai potensi yang ada pada dirinya.

Karakteristik Perkembangan Kognitif

- Aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan keterampilan berpikir.
- Dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan dalam memecahkan dari pada berpikir konkrit.
- Kemampuan nalar melalui pengujian.
- Sudah memikirkan tentang masa depan dengan membuat perencanaan berbagai kemungkinan untuk mencapainya.
- Menyadari proses kognitif itu efisien atau tidak efisien.
- Berpikir semakin luas, bisa meliputi aspek agama, keadilan, moralitas dan identitas.

Karakteristik Perkembangan Afektif
- Afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi.
- Perkembangan afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Yang sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.

Karakteristik Perkembangan Psikomotorik
- Perkembangan psikomotorik anak usia SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa.
- Perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga sering kali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka dan kadan mengalami proses pencarian jati diri.

Karakteristik Perkembangan Bahasa
- Penggunaan kalimat dan kata semakin kompleks.
- Banyak bertanya soal waktu dan sebab akibat dengan pertanyaan “dimana”, “mengapa” dan “bagaimana”.
- Latihan yang perlu diberikan :
- Berkomunikasi dengan orang lain
- Menyatakan isi hatinya (perasaan)
- Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya
- Berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat)
- Menyatakan sikap dan keyakinan

Karakteristik Perkembangan Moralitas :
- Tingkat moralitas remaja sudah lebih matang hasil interaksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya.
- Konsep moralitas tentang kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisplinan.
- Perilaku moralitas sebagai pemenuhan fisik dan psikologisnya (adanya rasa puas dan penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).
- Tingkatan moralitas konvensional (berperilaku sesuai dengan harapan kelompok).
- Tingkatan moralitas loyalitas (loyalitas terhadap norma yang berlaku dan diyakininya).

Karakteristik Perkembangan Keagamaan :
- Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian.
- Pandangan dan paham keagamaan diperolehnya secara rasional, yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi keagunganNya
- Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.

Perkembangan Bakat
Bakat dan kecerdasan merupakan dua hal yang berbeda, namun saling terkait. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat (inherent) dalam diri seseorang. Bakat peserta didik dibawa sejak lahir dan terkait dengan struktur otaknya. Secara genetik struktur otak telah terbentuk sejak lahir, tetapi berfungsinya otak sangat ditentukan oleh cara peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya. Biasanya kemampuan itu dikaitkan dengan intelegensi atau kecerdasan, dimana kecerdasan atau intelegensi (Intelligence Quotient) merupakan modal awal untuk bakat tertentu.
Potensi bawaan peserta didik sampai menjadi bakat berkaitan dengan kecerdasan intelektual (IQ) peserta didik. Tingkat intelektualitas peserta didik berbakat biasanya cenderung di atas rata-rata. Namun peserta didik yang intelektualitasnya tinggi tidak selalu menunjukkan peserta didik berbakat. Bakat seni dan olahraga misalnya, keduanya memerlukan strategi, taktik, dan logika yang berhubungan dengan kecerdasan. Dengan demikian, umumnya peserta didik berbakat memang memiliki tingkat intelegensi di atas rata-rata. Peserta didik berbakat adalah peserta didik yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Kemampuan – kemampuan tersebut meliputi :
1. kemampuan intelektual umum (kecerdasan atau intelegensi)
2. kemampuan akademik khusus
3. kemampuan berpikir kreatif-produktif
4. kemampuan memimpin
5. kemampuan dalam salah satu bidang seni
6. kemampuan psikomotor (seperti dalam olah raga).

Bakat yang dimiliki peserta didik tidak terbatas pada satu keahlian. Jika bakat tersebut dikembangkan bisa menjadi lebih dari dua keahlian yang saling berkaitan. Misalnya jika peserta didik suka menyanyi tak jarang pula ia akan berbakat menari. Jika peserta didik suka baca puisi biasanya peserta didik akan punya bakat seni peran, dsb.
Perkembangan Kecerdasan
Skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Secara rinci masing-masing kecerdasaan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

- Kecerdasan matematika-logika
Kecerdasan matematika-logika menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan kecerdasan matematika logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasiterhadap apa yang dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Peserta didik ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki.

- Kecerdasan bahasa
Kecerdasan bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Peserta didik seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik lainnya.

- Kecerdasan musikal
Kecerdasan musikal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama. Peserta didik jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, entah melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio, pertunjukan orkestra, atau alat musik dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.

- Kecerdasan visual-spasial
Kecerdasan visual-spasial menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial ini. Peserta didik demikian akan unggul, misalnya dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan.

- Kecerdasan kinestetik
Kecerdasan kinestetik menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula dijumpai pada peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap.

- Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya.

- Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.

- Kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan. Peserta didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.

Melalui konsepnya mengenai multiple intelligences atau kecerdasan ganda ini Gardner mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan dari tunggal menjadi jamak. Kecerdasan tidak terbatas pada kecerdasan intelektual yang diukur dengan menggunakan beberapa tes inteligensi yang sempit saja, atau sekadar melihat prestasi yang ditampilkan seorang peserta didik melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka, tetapi kecerdasan juga menggambarkan kemampuan peserta didik pada bidang seni, spasial, olah-raga, berkomunikasi, dan cinta akan lingkungan.
Secara rinci lima wilayah kecerdasan dijelaskan sebagai berikut.
- Kemampuan mengenali emosi diri
Kemampuan mengenali emosi diri adalah kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul. Ini sering dikatakan sebagai dasar dari kecerdasan emosional. Seseorang yang mengenali emosinya sendiri adalah bila ia memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap, dalam hal ini misalnya sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan seperti memilih sekolah, sahabat.
- Kemampuan mengelola emosi
Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara salah. Misalnya, seseorang yang sedang marah dapat mengendalikan kemarahannya secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesalinya di kemudian hari.
- Kemampuan memotivasi diri
Kemampuan memotivasi diri adalah kemampuan memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini terkandung unsur harapan dan optimisme yang tinggi sehingga seseorang memiliki kekuatan semangat untuk melakukan aktivitas tertentu, misalnya dalam hal belajar, bekerja, menolong orang lain, dan sebagainya.
- Kemampuan mengenali emosi orang lain
Kemampuan mengenali emosi orang lain adalah kemampuan untuk mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain sehingga orang lain akan merasa senang karena dimengerti perasaannya. Kemampuan ini sering pula disebut sebagai kemampuan berempati, mampu menangkap pesan nonverbal dari orang lain. Dengan demikian, peserta didik-peserta didik ini akan cenderung disukai orang.
- Kemampuan membina hubungan
Kemampuan membina hubungan adalah kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Peserta didik dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul, dan menjadi lebih populer.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan betapa pentingnya kecerdasan emosional dikembangkan pada diri peserta didik. Banyak dijumpai peserta didik yang begitu cerdas di sekolah, begitu cemerlang prestasi akademiknya, namun tidak mampu mengelola emosinya, seperti mudah marah, mudah putus asa, atau angkuh dan sombong, sehingga prestasi tersebut tidak banyak bermanfaat untuk dirinya. Ternyata kecerdasan emosional perlu lebih dihargai dan dikembangkan pada peserta didik sejak usia dini karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak sehingga akan membuat seluruh potensinya dapat berkembang secara lebih optimal.

• KENAKALAN REMAJA
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli
• Kartono, ilmuwan sosiologi, Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".
• Santrock
"Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."

Penyebab terjadinya kenakalan remaja
Perilaku 'nakal' remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
- Faktor internal:
1. Krisis identitas, Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah, Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
- Faktor eksternal:
1. Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya Kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja:
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

• PENYESUAIAN REMAJA
Perubahan-perubahan meliputi beberapa aspek baik fisik maupun psikis. Perubahan tersebut dapat dibagi menjadi empat kategori utama, yaitu:
- Perubahan dalam ukuran
Perubahan dapat berbentuk pertambahan ukuran panjang atau tinggi maupun berat badan.
- Perubahan dalam perbandingan
Dilihat dari sudut fisik terjadi perubahan proporsional antara lain kepala, anggota badan dan anggota gerak. Misalnya perbandingan antara besarnya kepala dengan anggota badan, semakin bertambah umur semakin bertambah besar. Sampai pada umur tertentu perbandingan akan menetap, yakni pada usia akhir belasan tahun.
Perubahan secara proporsional juga terjadai pada perkembangan mental. Perbandingan antara yang tidak riil, yang khayal dengan hal-hal yang rasional semakin lama semakin besar. Artinya anak-anak masih banyak mengkhayal dan sedikit terdapat realita pada mereka, tetapi semakin lama akan semakin berubah ke sebaliknya, yakni banyak realita dan sedikit berkhayal.
Dalam perkembangan sosial mereka juga sedikit demi sedikit berubah. Dari bermain sendiri, bermain dengan saudara, bermain dengan anak-anak tetangga dan kemudian bermain dengan anak-anak lain pada lingkungan yang lebih luas.
- Perubahan untuk mengganti hal-hal yang lama
Dari sudut emosi terjadi perubahan-perubahan ke arah kemampuan menunda emosi secara lebih tepat. Kebiasaan untuk melakukan sesuatu tanpa bisa menahan diri dan menunda emosi sedikit demi sedikit akan hilang.
- Perubahan untuk memperoleh hal-hal yang baru.
Banyak hal yang baru diperoleh selama perkembangan sesuai dengan keadaan dan tingkatan perkembangannya. Menjelang usia remaja terjadi pertumbuhan bulu-bulu ketiak, bulu-bulu sekitar alat kelamin, dan timbul kumis pada laki-laki akibat mulai berfungsinya kelenjar-kelenjar kelamin. Tanda-tanda ini dikenal dengan istilah tanda-tanda kelamin sekunder.
Dilihat dari segi mental, akan bertambah perbendaharaan kata dan kekayaan bahasanya. Nilai dan norma moral semakin meningkat. Berbagai pengetahuan akan diperoleh terutama dari lingkungan pendidikan formal.
Selama perkembangannya manusia masih tetap menerima dan memperoleh hal-hal yang baru, terutama yang berhubungan dengan kehidupan psikis. Pada manusia terdapat kebutuhan untuk memperoleh dan mengetahui. Misalnya baru pada usia selanjutnya, setelah anak masuk sekolah, pada hakikatnya merupakan kegiatan untuk mengetahui dan memperoleh hal yang baru ini pada umumnya mulai berkurang, karena belajar di sekolah pada hakikatnya merupakan kegiatan untuk mengetahui dan memperoleh sesuatu yang baru secara bertahap dan direncanakan. Disini terlihat bahwa proses perkembangan untuk memperoleh hal-hal baru itu, sebagian besar dan untuk waktu yang relatif lama adalah mengenai kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan mental.
Kehidupan psikis anak merupakan kegiatan yang maju, yang meningkat seperti yang sering terlihat pada tingkah laku. Pada remaja sering terlihat sifat bosan dan ingin selalu melakukan atau memperoleh yang baru, baik mengenai benda maupun kegiatan yang berhubungan dengan kepuasaan secara psikis. Mengikuti mode merupakan perwujudan keinginan mengikuti dan memperoleh sesuatu yang dianggap baru, sekalipun yang baru ini menjadi relatif dan merupakan fungsi dari perubahan waktu, bisa lama dan bisa cepat.
Permasalahan Fisik
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan / keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia.

Permasalahan Merokok dan Obat-Obatan Terlarang
Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba dan merokok yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi rook da narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
- Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
- Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan obat-obatan dan merokok sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
- Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, rendahnya harga diri, dll.
- Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua
- Permasalahan Moral, Nilai, dan Agama
Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat mempengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas, penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.
Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.
Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan mereka yang otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak memahami kepentingan remaja.
Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.
Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa mengendalikan perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru dan segera menyadari serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.


KESIMPULAN


Berbicara masalah pendidikan peserta didik kiranya tak bisa lepas dari pemahaman tentang perkembangan jiwa peserta didik. Peserta didik bukanlah sekadar robot yang bisa diprogram begitu saja sehingga bisa bergerak atas kemauan guru atau orang tua. Peserta didik adalah individu unik yang mempunyai eksistensi, yang memiliki jiwa sendiri, serta mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan iramanya masing-masing yang khas. Peserta didik bagaikan aneka macam bunga elok di taman sari yang indah. Mereka memiliki pesonanya masing-masing sehingga tidak bisa diseragamkan begitu saja atau dipangkas sama rata. Mereka sungguh memerlukan perlakuan khusus dan individual selain sekadar perlakuan kolektifikasi.
Dari pembahasan tentang “Karakteristik Perkembangan anak” tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik Perkembangan Anak Usia SMP
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang berarti “ tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
WHO membagi 2 tahap usia remaja yaitu :
a. Remaja Awal : 10 – 14 tahun
b. Remaja Akhir : 15 – 20 tahun.
Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal.
2. Ciri-Ciri Masa Remaja
a. Ciri Fisik/Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja perempuan dan perubahan suara pada remaja laki-laki.
b. Ciri Psikologis
Secara umum, dari sisi psikologis seseorang remaja memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
- Kegelisahan
- Pertentangan
- Mengkhayal
- Aktivitas Kelompok
- Keinginan mencoba segala sesuatu
3. Perkembangan anak usia SMP
a. Perkembangan aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan keterampilan berpikir.
b. Perkembangan aspek afektif menyangkut pesasaan, modal dan emosi.
c. Perkembangan aspek psikomotorik seusia anak SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran siswa :
- Lingkungan keluarga
- Lingkungan masyarakat
- Lingkungan sekolah

Dari pembahasan tentang “Kenakalan Remaja anak usia SMP” tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengertian Kenakalan remaja meliputi meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.
2. Penyebab terjadinya kenakalan remaja, perilaku 'nakal' remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
- Faktor internal meliputi Krisis identitas, Kontrol diri yang lemah
- Faktor eksternal meliputi Keluarga, Teman sebaya yang kurang baik, Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Perubahan-perubahan meliputi beberapa aspek baik fisik maupun psikis. Perubahan tersebut dapat dibagi menjadi empat kategori utama, yaitu:
- Perubahan dalam ukuran
- Perubahan dalam perbandingan
- Perubahan untuk mengganti hal-hal yang lama
- Perubahan untuk memperoleh hal-hal yang baru.

Tidak ada komentar:

 
blog template by suckmylolly.com